Wartawan WIP dilengkapi dengan kartu identitas, pin, surat tugas liputan dan tercantum dalam box redaksi. Bagi yang tidak dilengkapi dengan identitas resmi dan namanya tidak tercantum dalam box, redaksi tidak bertanggung jawab

8 Februari 2015

Setali Tiga Uang Pihak Rumah Sakit PMI Kota Bogor dengan BPJS Kesehatan, Mematikan Rakyat Kecil



KOTA BOGOR, WiP

Orang  tua  mana  yang  tidak  teriris  hatinya  ketika  anak  gadisnya pergi  meninggalkannya untuk  selama -lamanya.  Peristiwa  yang  baru  dialami  oleh  Engkos warga  Desa Ciapus Kecamatan  Tamansari  Kabupaten Bogor, putrinya  bernama Isnawati  meninggal  pada hari  kamis tanggal 15 Januari 2015  di rumah  sakit PMI kota  Bogor.
 
Engkos  Ketika  sedang  menggunakan  kartu  BPJS kesehatan  atas  nama  anaknya  Isnawati  berobat  di  rumah  sakit  PMI  kota  Bogor  sebelum  meninggal  dunia,  kartu   BPJS  kesehatan tersebut  tidak berfungsi  apa-apa, ungkap  orangtuanya  kepada  wartawan  WIP pada  hari  kamis  tanggal  14 Januari  2015  saat  detik detik  sebelum anak  gadisnya “isnawati” meninggal dunia  siang   pukul  13.00  Wib   dengan  membawa  resep  obat   yang  harus  dibayar  sebesar  4  juta  rupiah   lebihnamun  Pak  Engkos  tidak  mempunyai   uang  untuk  menebus  obatnya.  Berhubung  uangnya  habis  untuk  membayar  administrasi  rumah  sakit  yang  total  jumlahnya   sebesar  diatas  20 Juta,  itupun  meminjam ke sana-sini  bahkan  sebagian  menggutang.

Sebagai orang  tua  yang  kurang  mapu “Engkos  meminta  kebijakan  kepada  BPJS Center  yang  berada  dilingkungan  PMI Bogor  agar  diberikan  keringanan  untuk  pembayaran,  namun  hasilnya  tetap  nol  dan  tidak  ditanggapi. Selain  itu Engkos juga  meminta kepada pihak  manajemen  rumah  sakit  agar  diberi  keringanan, tetap  jawabannya  nol  sedangkan   kartu  BPJS kesehatan  atas  nama   Isnawati  bernomor   0007462469141  tidak  berfungsi,.

Menurut  keterangan  dari  pihak petugas  BPJS kesehatan  Center yang  ada  di  PMI Kota  Bogor, kartu  tersebut  berlaku  masa aktifnya    pada   tanggal  01 bulan  Januari  2015  kata  petugas  yang   bernama  Hendri. Dalam  hal  ini,  seharusnya  pihak  rumah  sakit  PMI  Bogor  dan  BPJS  kesehatan  harus  bisa  dan  mampu  serta  tanggap  mengatasi  pasiennya  atau kliennya. Bukan  untuk  mempersulit  keadaan “ hak dan kewajiban  setiap  pemegang  kartu  harus dilayani  dengan  baik  bukan  untuk  dilelantarkan.  

Beberapa  hari  kemudian, ketika  WIP  mengkonfirmasi  kepada  pihak  manajemen rumah sakit  PMI  dan  BPJS  kesehatan tentang  hal  ini “mereka  menjawab   tentang  kebenaran  dan   pernyataan  Pak  Engkos  ayah  dari   almarhum  Isnawati.  Dari  situlah  rasa  kemanusiaan  dan  hati  nurani  yang  mereka  miliki tidak  ada pada dirinya “kemungkinan  akal  dan  pikirannya  sudah  mati  rasa”.  Dimanakah  rasa  kemanusiaan  itu  berada?

Ketika  WIP mengkonfirmasi  kepada  Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor  dengan  permasalahan  tersebut,  namun  kadis dinkes  banyak beralasan  seolah-olah  enggan  ditemui  bahkan  tidak  menanggapi.  Pantaskah  seorang  kadis berprilaku  acuh  tak  acuh  menghadapi  kejadian seperti  ini.  

Menurut  salah  seorang  Advokat  yang  bernama  Bismar  Ginting  SH  MH diminta  tanggapannya  tentang  hal ini menuturkan “bahwa nantinya  pasti  kita  gugat  secara  hukum  pidana  maupun   perdata,  disebabkan  terjadinya  penyelewengan  hak  yang  diatur  Pasal  32  UU  No. 44  tahun  2009  tentang  Perlindungan  Hak  Pasien Rumah  Sakit. Dengan menjabarkan  pasal  huruf  (c)  tentang  memperoleh  layanan manusiawi, adil dan  jujur  tanpa diskriminasi.    

Pasal  Huruf  (q) mengatakan  tentang  menggugat dan  menuntut rumah  sakit, apabila  rumah  sakit, tidak  memberikan  pelayanan  yang tidak  sesuai  dengan  standarnya, baik  secara  perdata  maupun  pidana.

Untuk  Pasal  4  UU  No. 8  tahun  1999  berisikan   Hak-hak konsumen/pasien  yang  sudah  dijelaskan/diperjelas/dipertegas.   Serta huruf  (e)  yang berisikan  Hak  untuk  mendapatkan  advokasi/ perlindung  untuk  mengupayakan  penyelesaian  sengketa   serta perlindungan  hak  konsumen.

Dan tertera  UU  No 23 Tahun 1992 tentang  kesehatan, Ayat  1  setiap orang  berhak  atas  gantirugi  akibat  kesalahan  atau  kelalaian yang  dilakukan  tenaga  kesehatan.  Ayat  2,  ganti  rugi   sebagaimana yang  dimaksud  ayat 1 ( dilaksanakan  sesuai  peraturan  perundang-undangan  yang  berlaku). *Herta

Tidak ada komentar: